Jumat, 30 September 2011

Management by Objectives

Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (Management by Result), Goals management, Work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya sama.
Management by objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi pengoperasian satuan kerja.

Management by Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja. Adapun Rank Inclusion in Criteria Hierarchies (RICH), berperan sebagai metode pada proses pembobotan atas Key Performance Indicator (KPI) karyawan yang mencerminkan hasil pencapaian sasaran kerja karyawan yang sedang dinilai kinerjanya. Dengan metode RICH, sistem dapat melakukan komputasi atas performansi kerja pegawai.

Sistem Management By Objective Yang Efektif
1. Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.
3. Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.
4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.
5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.
6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.

Unsur-unsur Efektivitas MBO
1. Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.
2. Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga, sehingga tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.
3. Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.
4. Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka semua pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.

Rabu, 28 September 2011

Alasan Mengapa Perencanaan Diperlukan dalam Kegiatan

Perencanaan merupakan proses penetapan tujuan dari suatu organisasi, strategi pencapaian tujuan organisasi serta langkah-langkah teknis yang dilakukan sehingga tujuan organisasi tersebut dapat tercapai.
Orang sering tidak menyadari betapa pentingnya perencanaan tersebut dan cenderung melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Ada kutipan yang mengatakan "Everything won't go as smooth as planned ~ Semua tidak akan berjalan selancar yang telah direncanakan". Bahkan sesuatu hal yang telah direncanakan  belum tentu akan berjalan mulus sesuai dengan harapan dan mungkin akan mengalami gangguan pada saat pelaksanaannya. Apabila suatu kegiatan dilaksanakan tanpa perencanaan tentunya malah akan memiliki resiko yang lebih banyak dalam menjumpai gangguan pada saat pelaksanaannya.
Untuk kegiatan-kegiatan kecil mungkin saja perencanaan belum memiliki efek yang berarti apabila menemui kendala pada saat kegiatan berlangsung. Akan tetapi, apabila kegiatan berskala besar, maka dapat berakibat gagalnya kegiatan tersebut atau dalam bisnis maka akan mengakibatkan keerugian yang sangat besar.
Perencanaan berperan besar dalam menekan resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan perencanaan, kita dapat memprediksi hal-hal tidak diinginkan yang mungkin akan terjadi di masa depan dan melakukan tindakan antisipasi semenjak dini.
Contohnya adalah 2 orang manager A dan B. Manager A merencanakan perkembangan perusahaannya dan dalam rencananya tersebut dia telah memprediksi akan terjadi inflasi yang apabila ditangani secara cepat tidak akan berakibat fatal akan tetapi apabila tidak maka akan berakibat pada bangkrutnya perusahaan. Sesuai prediksinya, inflasi tersebut terjadi dan sesuai dengan rencana yang telah dibuatnya, dia berhasil mengurangi dampak inflasi sehingga kerugian yang dialami perusahaannya tidak besar.
Sedangkan manager B tidak memiliki perencanaan sama sekali. Pada saat inflasi terjadi, manager B baru mulai mencari langkah pencegahan dan pada akhirnya terlambat untuk mengambil tindakan sehingga perusahaannya bangkrut
Dari contoh tersebut, kita dapat melihat pentingnya perencanaan sebagai pedoman dalm menunjang pengambilan keputusan, terutama pada saat kritis dimana keputusan cepat akan berakibat sangat fatal untuk perkembangan organisasi.kegiatan di kemudian hari.

Penerapan Teknologi untuk Manajamen Ekonomi

Teknologi pada masa sekarang sudah menjadi sebuah kebutuhan. Perkembangan teknologi yang sangat cepat yaitu dalam hitungan detik telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang tak lepas dalam memanfaatkan teknologi ada bidang ekonomi.
Pemanfaatan  teknologi dalam bidang ekonomi mendapat banyak respon yang berbeda.
Untuk orang yang terbiasa berinvestasi, maka dia akan menganggap bahwa berinovasi pada teknologi merupakan hal yang tepat karena pada dasarnya berinvestasi pada teknologi akan berdampak dengan meningkatnya produktivitas. Hal ini dikarenakan teknologi (baik dalam bentuk mesin maupun komputer) mampu bekerja lebih cepat dari manusia.
Ada juga orang menolak berinvestasi pada teknologi dengan alasan belum memerlukan teknologi untuk mengerjakan suatu pekerjaan ataupun biaya investasi yang cukup besar. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk berinvestasi pada teknologi tidak dapat disangkal, akan tetapi, produktivitas yang meningkat akan sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.
Selain kendala biaya, penerapan teknologi dalam bidang ekonomi cenderung dinilai akan mengurangi jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan dan akan berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran. Hal ini tidak dapat terelakkan. Akan tetapi, apabila kita meninjau dari paradigma orang dunia IT, maka ini justru merupakan salah satu langkah yang paling tepat diterapkan. Alasannya adalah, orang yang bergelut dalam bidang IT mengenal prinsip 3E yakni Efektivitas, Efisiensi dan Ekonomis. Efektif artinya semua sumber daya yang ada harus digunakan sesuai dengan tujuannya dan tidak melenceng dari tujuan tersebut. Efisien berarti pemanfaatan sumber daya sebaik mungkin sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang atau tidak terpakai dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan ekonomis berarti penekanan biaya agar cost produksi dapat ditekan seminimal mungkin namun tetap memperoleh hasil yang diinginkan
Dengan mempertimbangkan hal-hal seperti yang disebut di atas, maka penerapan teknologi dalam ekonomi tidak dapat dikatakan mengancam sumber daya manusia karena sebenarnya SDM masih diperlukan dalam prosedur operasionalnya. Tap tentu saja, tenaga kerja yang dinilai tidak efisien tentu akan dikurangi karena hanya akan menyebabkan inkompetensi perusahaan.
Kesimpulannya adalah, jika anda ingim memajukan perusahaan tempat anda bekerja, sekarang adalah saatnya anda mulaih beralih menerapkan teknologi sehingga didapat hasil yang ideal. Teknologi hanya akan menjadi alat bantu dalam bisnis dan akan tetap diperlukan brainware dan oleh karena itu tidak akan mengancam tenaga kerja.

Senin, 19 September 2011

KONSEP DASAR MANAJEMEN

PENGERTIAN


Dilihat dari asal katanya, kata manajemen atau management dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Italia, maneggiare yang kurang lebih berarti menangani atau to handle. Dalam bahasa latin ada kata yang punya pengertian hampir sama yakni manus yang artinya tangan atau menangani.


Sementara berbicara tentang definisi, layaknya istilah-istilah lain dalam kajian Ilmu Sosial, Manajemen juga memiliki sejumlah definisi yang diberikan para ahli. Disini hanya akan dikemukakan satu definisi yang diungkapkan oleh GR Terry sebagai berikut:

Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: Perencanaan, Pengorganisasian, Penggiatan dan Pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Pengertian lain manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui serangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.